
Klub sepak bola profesional umumnya berpartisipasi dalam beberapa kompetisi dalam satu musim, seperti liga domestik, piala liga, dan level benua. Uniknya, performa klub tersebut bisa berbeda-beda dalam setiap turnamen.
Hal ini terjadi kepada Chelsea musim 2011/2012 dengan menjadi juara UEFA Champions League dan FA Cup meski terseok liga domestik. The Blues kala itu menorehkan hasil terbutuk mereka di Premier League dengan finish di posisi enam klasemen akhir Premier League.
Skenario serupa juga juga terjadi ketika Wigan Athletic berhasil menjuarai FA Cup 2012/2013 setelah mengalahkan Man City 1-0 di final. Meski begitu, pasukan Roberto Martinez tersebut harus relegasi ke Championship setelah mengakhiri musim di posisi 18 klasemen akhir Premier League.
Lantas, kenapa fenomena ini bisa terjadi? Mari kita bahas di bawah!
Baca juga: Bom Waktu di Stamford Bridge: Mudryk Terjerat Kasus Doping
Beberapa Faktor Pengaruh

1. Format dan Jenis Kompetisi dan Target Klub
Format kompetisi menjadi pembeda besar yang juga menentukan performa klub dalam kompetisi tersebut. Pasalnya, setiap klub memiliki target tersendiri dalam setiap kompetisi.
Umumnya, klub-klub lebih memprioritaskan kompetisi liga domestik dan kompetisi tingkat benua. Akibatnya, mereka sering kali menurunkan pemain pelapis atau pemain muda dari akademi saat berlaga di Piala Liga.
Hal ini terjadi ketika Liverpool berhasil menjuarai Carabao Cup musim lalu dengan memainkan enam pemain akademi di final melawan Chelsea.
Fenomena ini tentunya sangat kecil kemungkinan terjadi di final UEFA Champions League atau di laga penentu juara liga domestik.
2. Kualitas Lawan dan Taktik
Kualitas lawan juga menjadi alasan kenapa performa tim bisa berbeda di setiap kompetisi. Di liga, klub cenderung mendapatkan lawan yang beragam sehingga memudahkan pelatih untuk melakukan rotasi dan eksperiman taktik.
Berbeda dengan liga, pelatih kemungkinan cederung tidak bereksperimen taktik di kompetisi yang menerapkan fase gugur seperti piala liga dan UCL. Oleh karena itu, tak jarang klub-klub non-Premier League mampu memberikan kejutan dengan menembus babak-babak akhir FA Cup atau Carabao Cup.
Faktanya, dalam tiga edisi terakhir FA Cup, enam klub dari luar liga utama berhasil mencapai perdelapan final. Namun, hanya dua dari enam tim tersebut yang mampu melaju hingga ke semifinal di kompetisi ini.
3. Kualitas Pemain
Kualitas pemain yang diturunkan pelatih juga pastinya berbeda antar kompetisi dengan menyesuaikan target dari klub tersebut.
Bisa kita ambil contoh kemenangan 1-0 Liverpool kontra Chelsea pada laga Final Carabao Cup musim lalu. Hasil tersebut mungkin tidak akan terulang jika Jurgen Klopp menerapkan skema tersebut di final UEFA Champions League.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan kasta Champions League yang lebih tinggi dari Carabao Cup membuat intensitas permainan menjadi lebih tinggi.
4. Faktor Psikologi
Faktor psikologi sangat berpengaruh dalam menentukan performa tim. Biasanya, para pemain mendapatkan dorongan lebih jika timnya menorehkan sejarah di kompetisi tertentu atau baru saja kalah di laga sebelumnya.
Contohnya ketika Newcastle menyingkirkan Chelsea dari Carabao Cup (09/24) dengan skor 2-0 setelah empat hari sebelumnya dikalahkan The Blues 2-1 di Premier League.
5. Faktor Perjalanan
Ketika berlaga di liga domestik, maka klub cenderung menempuh jarak tandang lebih sedikit ketimbang berlaga di kompetisi antar benua.
Melansir dari cinch.co.uk jarak terjauh yang ditempuh klub Premier League adalah 118,49 km, yaitu dari St. James Park, kendang Newcastle United, ke Vitality Stadium, kandang Bournemouth.
Jarak ini jauh lebih kecil dari pertandingan antara Benfica (Portugal) melawan Astana (Kazakhstan) di ajang UEFA Champions League 2015 lalu yang menempuh jarak 6164.42 km.
Hal ini membuat laga tersebut terdaftar di rekor dunia sebagai Jarak terjauh yang ditempuh antarpesaing dalam sepak bola UEFA Champions League
Perjalanan jauh dapat berdampak signifikan pada kondisi fisik pemain. Jet lag, salah satu efek samping perjalanan jauh, dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan konsentrasi, seperti studi yang dikutip dari National Library of Medicine.
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan performa klub yang terjadi di kompetisi tertentu terbagi menjadi beberapa faktor yang berkaitan.
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi satu sama lain tergantung dengan target atau tujuan yang dipasang klub di kompetisi tertentu. Maka dari itu, tidak mengherankan jika klub bisa tampil buruk di satu kompetisi, namun dapat berkembang di kompetisi lain.
Jadi gimana? Abis baca ulasan di atas, makin tertarik mengulas sisi-sisi lain tentang sepak bola? Yuk, langsung kepoin ulasan-ulasan menarik lainnya serta update berita terbaru di thefansfootball.com