
Di dunia sepak bola, sering kali kita menemukan seorang pelatih hanya melatih satu tim baik itu tim nasional atau klub. Padahal, tugas pelatih klub dan tim nasional tampak serupa: meramu tim untuk meraih kemenangan.
Ada juga beberapa peatih sepak bola yang pernah menangani klub dan tim nasional tapi, tidak bersamaan. Seperti Thomas Tuchel yang saat ini melatih Tim Nasional Inggris sempat menangani beberapa tim besar seperti Bayern Munich, Chelsea, dan Borussia Dortmund.
Luis Enrique yang saat ini menjadi pelatih utama PSG, juga pernah melatih Tim Nasional Spanyol. Sayangnya kedua pelatih tersebut belum pernah memenangkan trofi ketika mereka melatih di tim nasional.
Meski begitu, ada beberapa pelatih ternama mencatatkan sukses meraih trofi di level klub dan tim nasional, antara lain Joachim Löw (Piala Dunia 2014, DFB-Pokal 1997) dan Vicente del Bosque (Piala Dunia 2010, La Liga, Liga Champions UEFA).
Lantas sebenarnya kenapa pelatih timnas dan klub berbeda? Simak ulasannya di bawah!
Baca juga: 5 Cara Klub Mengisi Stadion dengan Pendukungnya Hingga Penuh
Mustahilnya Melatih Klub dan Tim Nasional Bersamaan

1. Tenggat Waktu Terlalu Mepet
Menjabat sebagai pelatih klub dan tim nasional akan menyita waktu banyak dan sempit. Hal ini dikarenakan di klub, pelatih bertanggung jawab untuk menggelar latihan harian, rancangan taktik, menejemen pemain, dan pertandingan setiap minggu.
Tugas pelatih tim nasional serupa dengan di klub, namun dengan perbedaan signifikan. Di tim nasional tidak ada latihan harian rutin, bertanggung jawab dalam pencarian dan seleksi pemain, atau pertandingan internasional reguler.
Mereka fokus pada penyiapan tim untuk turnamen besar yang umumnya diadakan dua tahun sekali.
2. Padatnya Jadwal
Jadwal pertandingan yang dimiliki klub dan tim nasional yang berdekatan juga menjadi persoalan lain. Pasalnya, turnamen yang diikuti klub akan berlangsung selama satu musim secara penuh.
Sementara tim nasional, hanya mendapat jatah paling sedikitnya lima kali jeda internasional yang hanya berlangsung selama kurang dari seminggu. Melansir dari Goal.com, tahun 2025 ini, akan ada enam kali jeda Internasional.
Jeda internasional ini dipakai untuk menggelar beberapa turnamen seperti World Cup qualifiers, UEFA Nations League, dan turnamen lain. Tidak hanya itu, terkadang tim nasional menggelar pertandingan persahabatan antar negara.
Jadwal internasional terkadang bentrok dengan turnamen antar benua, seperti Piala Asia 2023 (12 Januari – 20 Februari 2024) dan Piala Afrika 2023 (13 Januari – 11 Februari 2024).
Kedua turnamen ini berlangsung di tengah musim liga, sehingga mustahil bagi seorang pelatih untuk menangani klub dan tim nasional secara bersamaan.
3. Beda Prioritas
Tugas yang dibebankan kepada pelatih di klub dan tim nasional pun berbeda. Di klub, pelatih harus memenuhi target klub seperti memenangkan turnamen, mendatangkan pemain dengan budget tertentu, dan lain-lain.
Menangani tim nasional bukan sekadar urusan taktik di lapangan. Ada misi yang lebih besar di pundak pelatih, yaitu menumbuhkan semangat nasionalisme pemain dan mencetak bibit-bibit muda potensial.
Tanggung jawab ganda ini tentu saja dapat menjadi dilema tersendiri bagi pelatih dalam menyeimbangkan tugasnya di klub dan tim nasional.
4. Menejemen Pemain
Satu poin yang sangat membedakan peran pelatih klub dan tim nasional adalam menejemen pemain. Hal ini disebabkan melatih di klub bisa melatih kekompakan tim serta taktik melalui latihan harian.
Sementara di tim nasional, pealtih harus menyatukan para pemain dari berbagai tim dan cara bermain yang berbeda. Kondisi ini menuntut keterampilan komunikasi dan manajemen yang mumpuni dari seorang pelatih.
5. Tuntutan Mental dan Fisik
Menangani klub dan tim nasional sekaligus merupakan tantangan besar bagi seorang pelatih. Selain kesiapan mental dan fisik yang prima, mereka juga dituntut untuk memiliki kemampuan adaptasi tinggi, terutama dalam menghadapi jadwal padat dan perjalanan lintas negara yang tak terhindarkan.
Jika dirangkum, menjalani peran ganda sebagai pelatih klub dan tim nasional akan menguras banyak waktu dan tenaga. Meski begitu, tidak ada larangan dari FIFA bagi pelatih menangani klub dan tim nasional secara bersamaan.
Ada beberapa pelatih yang menangani klub dan tim nasional secara bersamaan seprti Sir Alex Ferguson (Aberdeen dan Tim Nasional Skotlandia 1985), Guus Hiddink (PSV Eindhoven dan Tim Nasional Australia 2000), dan Rinus Michels (Tim Nasional Belanda dan Barcelona 1974).
Di akhir-akhir musim ini, sangat jarang menemukan pelatih yang merangkap jabatan antara klub dan tim nasional. Hal ini tentunya membuat mereka fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditentunkan klub atau tim nasional.
Jadi gimana? Abis baca ulasan di atas, makin tertarik mengulas sisi-sisi lain tentang sepak bola? Yuk, langsung kepoin ulasan-ulasan menarik lainnya serta update berita terbaru di thefansfootball.com